Selepas menikmati
makan sahur seperti biasa saya membuka HP, mengecek satu persatu obrolan di
Whatsapp maupun BBM. Di salah satu group (PRAKARSA) tempat saya dan rekan
lainnya pernah mengabdikan diri di pulau-pulau kecil, ada yang membagi info
tentang Anugrah Pesona Indonesia (API) Sebuah penganugrahan bergengsi dari Kementrian
Pariwisata bagi dunia pariwisata di Indonesia. tak disangka, Kepulauan Kei
tempat dimana tahun lalu saya pernah singgah cukup lama dinobatkan sebagai
nominasi “Surga Tersembunyi Terpopuler” bersanding dengan Pulau Maratua, Pulau
Anambas, Pulau Berhala dan 6 pulau surga lainnya. Klik Selengkapnya
Kepulauan Kei terletak
jauh di sebelah tenggara kepulauan Maluku memang belum begitu familiar, saya
pun baru mengetahui letak persisinya kepulauan ini pada tahun 2013. Naif, Sebelumnya
saya justru baru mengetahui kepulauan surga ini lewat kiprah John Refra atau
yang akrab disapa John Kei seorang preman kelas kakap yang kini mendekam di Nusa
Kambangan.
Kepulauan Kei
memang menyingkap banyak keindahan alami yang masih belum banyak terjamah
wisatawan. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah pulau Nuhuta. Inilah salah
satu pulau paling Indah di antara gugusan kepulaun Kei Maluku Tenggara.
Pulau Nuhuta
terletak di bagian tenggara kepulauan Kei. Pulau ini berjarak sekitar 1 jam perjalanan
speedboat dari Pelabuhan Debut Maluku Tenggara. Jika ditempuh menggunakan kapal motor aka jauh
lebih lama lagi sekitar 3-4 jam. namun tidak usah khawatir, sepanjang perjalanan kita bisa menikmati pemandangan gugusan pulau-pulau kei kecil, Ngurtavur (pasir timbul) serta diiringi lumba-lumba yang timbul tenggelam seakan mengawal jalannya kapal.
Pulau nuhuta berasal
dari bahasa kei yang jika diartikan berarti pulau kelapa (Nuhu: Pulau, Ta:
Kelapa). Pulau ini termasuk dalam petuanan adat Tanimbar Kei dan merupakan kebun
kelapa bagi masyarakatnya. Pulau ini tidak berpenduduk dan hanya dibuka 3-4
kali setahun bersamaan dengan musim panen kelapa dan musim panen telur ikan terbang.
Eksotisme pulau Nuhuta
Pulau Nuhuta merupakan pulau berpasir putih yang
cukup halus. Perairan diwaktu musim timur sangat tenang dan teduh. Namun ketika
musim barat, deburan ombak yang menerjang pasir putihnya juga cukup menawan. Saking indahnya
pulau ini, konon putra mendiang Soeharto (Tommy Suharto) pernah sudah
mengakavling pulau ini untuk dijadikan pulau pribadi.
Pada
saat musim angin timur, pulau ini menjadi persinggahan masyarakat untuk memanen
buah kelapa dan para pelaut bugis yang mencari ikan terbang.
Pulau
ini di dominasi vegetasi buah kelapa. Banyak terdapat kelapa “kenari” di pulau
ini. Kelapa kenari merupakan kelapa dengan rasa air yang menyegarkan (sensasi
sprite) dan daging buah yang kenyal.
Selain sebagai
pulau kelapa, pulau ini juga dikenal sebagai pulau muslim. Penduduk Tanimbar Kei secara turun temurun percaya bahwa pada dahulu kala ada rombongan orang islam
yang terdampar di pulau ini dan kemudian menghilang. Mereka percaya, rombongan tersebut
kemudian menjelma menjadi tikus dan biawak yang kemudian menghuni pulau nuhuta
hingga kini. Oleh karenanya membunuh hewan-hewan tersebut di pulau ini adalah
sesuatu yang sangat diharamkan.
Sebagai “pulau
muslim”, penduduk Tanimbar Kei yang yang umumnya masih beragama Hindhu sangat
menghormati keberadaan pulau ini. Mereka memperlakukan pulau ini layaknya
sebuah daerah yang berpenghuni orang-orang Islam. kepercayaan di masyarakat
menyebutkan berbagai pantangan untuk dilakukan di pulau ini. Diantaranya adalah
membawa babi, membawa mayat, melakukan hubungan suami istri dan melakukan
aktivitas pekerjaan di waktu sholat.
Ramadhan tahun lalu (2015) saya sempat menginap
di pulau ini dikarenakan tidak memungkinkan untuk melajutkan perjalanan ditengah
gelombang yang masih besar. Pada bulan Ramadhan masyarakat tanimbar kei percaya
bahwa para penghuni pulau ini juga berpuasa. Beberapa diantara mereka
mengatakan bahwa menjelang buka puasa biasanya tercium bau harum masakan, sedangkan
beberapa yang lainnya mengaku mendengar suara adzan dan suara orang-orang
sedang mengaji. Semakin penasaran saja saya pulau ini.
Menginap
di di pesisir pulau nuhuta, membuat saya sangat merasa kedinginan. Apalagi kami
hanya tidur di pondok yang yang ditutupi daun kelapa. Hingga hampir tengah
malam mata ini enggan terpejam. Sekitar jam 4, Pak Kores Rahanmitu (Kades
sekaligus tokoh adat tanimbar kei) membangunkan saya untuk makan sahur. Selepas
makan sahur, ditemani pak kepala desa dan beberapa warga kami ngobrol-ngobrol
tentang pulau ini. Dan benar saja, sekitar jam 4.30 WIT sayup-sayup saya
mendengar suara adzan dari kejauhan.
Saya semakin
merinding ditengah angin pesisir yang memang sudah dingin. Warga mencoba menenangkan saya yang mulai ketakutan, mereka mengatakan bahwa hal itu sudah wajar, apalagi bagi orang yang pertama kali ke pulau ini. Istilahnya
“perkenalan”. Suasana waktu itu begitu hening, warga menyampaikan bahwa pulau
ini akan tetap hening sampai adzan dan aktifitas sholat selesai. Dan benar saja
sekitar pukul 5.30 secara serentak burung-burung bersahutan. “Nah itu mas, mereka sudah selesai sholat, kami
sekarang sudah dapat bekerja”.
Keadaan hening
di pulau nuhuta dipercaya hanya ada ketika waktu sholat. Pada waktu-waktu sholat
masyarakat dilarang beraktivitas. Apabila tetap beraktivitas biasanya alat yang
mereka gunakan akan rusak, bahkan golok pun akan menjadi tumpul.
Berwisata Ke Pulau Nuhuta
Meskipun pulau
ini menyimpan berbagai pesona, sayangnya pulau hanya dibuka pada saat-saat tertentu.
sebagai wisatawan yang baik hendaknya kita menghormati tradisi/peraturan setempat.
bagi anda yang hendak singgah/berwisata di pulau ini hendaknya terlebih dahulu
berkomunikasi dengan aparat desa/tokoh adat tanimbar kei dikarenakan status
pulau ini yang masuk dalam petuanan adat. secara adat pulau ini disasi
(ditutup) dan memang hanya dibuka pada saat-saat tertentu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar