Jumat, 06 Juli 2012

Bus Efisiensi dan Orang "Salafy"


Alhamdulillah UAS sudah selesai lebih dari seminggu yang lalu, setidaknya saya bisa update blog yang mungkin sudah muncul beberapa sarang laba-laba dibeberapa pojok.
Oke kali ini ane pengin sharing tentang pengalaman ane pulang ke kampung halaman. alhamdulillah Pada tanggal 20 Juni kemaren ane berkesempatan pulang kampung, karena susahnya dapet tiket kereta (karena udh kehabisan juga) akhirnya ane pulang naik bus, lumayanlah menjajal armada baru Efisiensi "Jogja-Cilacap" dengan Royal Classnya.
Rabu pagi tgl 20 Juni pukul 09.45 ane dianter saudara ke kantor efisiensi di ambarketawang, ane emang lebih suka naik dari ambarketawang daripada lewat Terminal Giwangan. salah satu alasannya ruang tunggunya setidaknya lebih nyaman dibanding di terminal. Efisiensi memang terkenal dengan kenyamanannya bahkan 2 tahun berturut perusahan ini mendapat penghargaan dari Dishub sebagai perusahaan otobus dengan layanan terbaik. beberapa hal yang ane sendiri sukai dari armada ini diantaranya nyaman, musiknya gak jadul, dan yang paling ane demen ada program Just for Laugh dari ETV (Efisiensi TV) yang bakal membuat perjalanan tidak membosankan..
Masuk ruang pembelian tiket ane langsung disambut oleh satpam yang dengan ikhlasnya membukakan pintu kaca sambil tersenyum "tidak manis", tap tak mengapa karena setelah itu disambut oleh dua wanita petugas tiketing yang dengan senyum manisnya (astaghfirullah..)setelah mempersilahkan duduk kemudian menanyakan tujuan perjalanan, jumlah tiket yang dipesan dan nama saya. ada yang aneh ketika ane bilang nama saya "syamsul" dua mba cantik itu (ehm..) langsung tertawa. ane heran dan karena penasaran ane tanya ke mbak nya "kenapa sih mba?|oh gak apa2" jawab mbaknya. setelah itu mbaknya ngasih 3 tiket atas nama Pak.Syamsul (dalam hati, haduh masih muda gini koq dipanggil pak) sambil ngambil tiketnya ane tanya ke mbak nya "Ini tiket saya kan mba?" "oh bukan itu tiket bapaknya" jawab mbaknya. ternyata disamping ane ada bapak2 dengan 2 anak yang berpakaian "Arab" ("Salafy"). mbaknya bilang "namanya sama mas".. setelah itu ane baru dikasih tiket dengan nama "Mas Syamsul"..
Salah satu Sudut Ruang Tunggu Efisiensi
Akhirnya setelah menunggu beberapa menit, pukul 09.20 Bus yang ditunggu datang, beberapa penumpang yang sudah dari tadi menunggu segera naik ke dalam bus. kali ini saya mendapat nomor kursi 16, tepat di depan orang-orang salafy itu..
Awal perjalanan berjalan sebagai mana biasanya, pramugara memeriksa tiket, membagikan minum dan snack serta menyalakan ETV.. Suasana mulai terasa kurang kondusif ketika anak2 "salafy" itu yang masih berumur 6-8 tahun saling bermain dengan sedikit gaduh, menirukan nyanyian dan iringan musik yang diputar di ETV (haduh mengganggu kenyamanan nih, batinku). Menyadari anak-anaknya berisik bapak "salafy" itu lalu menyuruh anaknya diam atau lebih baik menghafal al-qur'an saja, saat itu bapak "salafy" menyuruh anaknya menghafal surat An-Naba..  si anak "salafy" itupun tanpa protes langsung menghafal surat an-naba, subhanallah anak sekecil itu sudah hafal An-Naba.. tp sayang bacaannya kurang merdu , si anak salaf bacanya keras banget lagi.. setelah si anak "salafy" selesai menghafal surat an-Naba bapak "salafy" itupun menasehati anak-anaknya agar membaca Al-Qur'an dengan suara tartil, tidak boleh terburu-buru, dan harus jelas makhrojnya.. tapi entah karena apa si bapak "salafy" itupun menasehatinya gak bisa dengan suara pelan, masih pake suara yang keras.. ampe-ampe semua penumpang bus sepertinya denger nasihat bapak "salafy".. ya mungkin bapak "salafy" itu emang ingin menasehati semuanya.. ibarat sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui, sekalian menasehati anaknya juga sekalian menasehati sekelilingnya.. setelah menghafal surat an-naba anak2 "salafy" itupun sedikit lebih tenang dari sebelumnya, penumpang efisiensi pun sekarang dapat sedikit nyaman beristirahat.. iringan musik dari ETVpun kini terdengar lebih jelas..,
Tp entah karena menganggap musik itu haram, atau karena ingin berdakwah, atau karena apa ane gak tahu, (yg pasti ane berusaha tetap khusnudzon niat bapak "salafy" itu baik) bapak "salafy" itu akhirnya memutar MP3 Pengajian "salafy" dengan Volume yang lebih keras dari Volume musik di bus efisiensi.. haduh ane mulai tidak nyaman ini.., tahu sendirilah gaya bahasa yang dipakai kawan-kawan "salafy" dalam berdakwah langsung to the point, dzing dzing.. ya mungkin hal inilah yang membuat dakwah yang dilakukan kawan-kawan "salafy" kurang mendapat simpaty dari masyarakat. sekedar cerita di masjid fakultas ane kebetulan takmirnya orang "salafy", otomatis tiap hari jum'at yang khutbah adalah temennya beliau sesama "salafy" juga, dalam perkembangannya saya perhatikan temen-temen mahasiswa fakultas ane lebih memilih jum'atan di tempat lain dari pada di masjid fakultas. saat ane tanya "kenapa sih kamu koq gak jum'atan di masjid fakultas aja kan lebih deket?" dianya jawab " aku gak suka ama khatibnya, ngapain juga khotbah pake teriak-teriak, orang ngaji kan pengin dapet pencerahan, pengin dapet kedamaian, bukan malah di olok-olok". ya itulah sekilas tentang pandangan orang tentang metode dakwah kawan-kawan "salafy", tak bisa dipungkiri memang begitu adanya. begitu juga yang terjadi dalam bus efisiensi. yang membuat ane jadi ikutan sebel itu dalam materi pengajian yang diputer dalam MP3 itu cenderung memuja-muja kelompok mereka sendiri sambil menyindir beberapa golongan. setidaknya ada 3 kelompok yang secara spesifik mereka sebutkan. sang ustadz membanding bandingkan kelompok tersebut dengan kelompok mereka dengan gaya menyindir sambil sesekali terdengar hadirin yang metertawakannya. Astaghfirullah hampir-hampir ane tidak dapat menahan kesabaran. ini orang mau dakwah atau mau unjuk keshalehan atau mau ngajak berkelahi. Bukankah Islam mengajarkan untuk berdakwah dengan hikmah dan nasihat yang baik, jika terpaksa berdebatpun harus dengan argumentasi yang sebaik-baiknya (QS An-Nahl: 125), menjauhi kesan mengolok-olok (QS Alhujarat:11) serta islam tidak menggunakan cara-cara kekerasan, karena dengan kekerasan mungkin justru akan membuat orang tidak simpati dan lari dengan islam (QS Ali Imran: 159). tadinya ane pengin kasih headset agar bapak "salafy" itu dapat mendengarkannya sendiri tanpa menggangu orang lain dengan isi materi yang sangat mengagungkan kelompok mereka sendiri. tapi sayang headset saya ketinggalan. yang lebih parah lagi itu MP3 listnya kayaknya cuma satu, jadi materi pengajian itu diputer berkali-kali sepanjang perbatasan kulonprogo hingga rest area efisiensi di kebumen.. ya Robb..
Alhadulillah setelah rest area wonosari itu bapak "salafy" tidak lagi memutar MP3nya.. setidaknya ane dapat beristirahat sejenak sebelum sampe cilacap dan melanjutkan perjuangan pulang dari cilacap ke Sidareja dengan berbagai tantangan yang ada.
di dalam perjalanan bapak salafy itu di telefon sama temennya, temennya nyruh bapak "salafy" itu agar nanti turun di pertigaan Sampang, Cilacap. bapak "salafy" itupun terus bilang ke pramugara agar diturunkan di pertigaan sampang, sampai di perempatan buntu bapak "salafy" kembali maju kedepan menanyakan apakah sampang masih jauh atau tidak. bapak "salafy" itupun kembali kebelakang sambil memberitahu anaknya bahwa 5 Km lagi sampai. sampai di lampu merah pertigaan sampang bapak "salafy" kembali kedepan mengatakan bahwa ingin turun di sampang. karena tidak mungkin menurunkan pas di lampu merah pak sopir mengatakan"iya nanti di depan" eh ternyata yang dikira bapak "salafy" sampang masih di depannya lagi. bapak "salafy" itupun kembali kebelakang. saat pramugara mengingatkan bagi yang mau turun di sampang bapak "salafy" itupun gak mau turun. aneh pikirku.. tp karena masih agak sedikit sebal ane diem saja..
Bus efisiensi terus melaju melewati Sampang menju Maos-Cilacap. karena penasaran sepertinya sudah lebih dari 5 km koq belum sampai-sampai bapak "salafy" itu kembali maju kedepan mengatakan kembali ke pramugara kalau ingin turun di sampang. karena sampang udah kelewatan si sopir dan pramugara berfikir yang dimaksud bapaknya adalah maos. maka si pramugara kembali menjawab "iya nanti di depan". untuk sekarang ane mulai kasihan ama bapak "salafy" dan anaknya. lalu ane tanya ke bapaknya "Bapak mau turun dimana?||Sampang|| kalau sampang udah kelewatan jauh pak, sampang itu tadi pertigaan yang ada lampu merahnya, kalau ini bentar lagi sampai pertigaan maos" yang membuat ane sebel bapak "salafy" itu sepertinya tidak mempercayai ane. bapak "salafy" kembali menuju kedepan dan langsung menanyakan ke pramugara "Sampang masih jauh pak?| kalau sampang udah kelewat dari tadi, bapak mau turun mana?|| di sampang|| lho td pas di sampang saya ingatkan siapa yang mau turun bapaknya gak turun, saya kira bapak mau turun di maos||. bapak itu kembali lagi kebelakang dan mengajak anak-anaknya untuk turun, dan saat itu bapak "salafy" meminta sopir untuk menurunkannya di tengah jalan "udah saya turun disini saja pak"..

NB: Postingan ini tidak bermaksud menggeneralisir orang "salafy" semuanya begitu, ada juga orang salafy yang sangat toleran.. oleh karena itu saya selalu memakai "tanda petik". semoga dapat diambil hikmahnya.. mohon ma;af jika ada temen2 yang tersinggung.. yang pasti sesama muslim adalah saudara..

1 komentar:

  1. hehe, kalo masalah khotbah jumat memang sunnahnya dengan suara lantang, seperti Rasulullah yg matanya memerah, suaranya keras, seakan beliau sedang menjadi panglima perang.

    BalasHapus