Alhamdulillah
UAS sudah selesai lebih dari seminggu yang lalu, setidaknya saya bisa update
blog yang mungkin sudah muncul beberapa sarang laba-laba dibeberapa pojok.
Oke kali ini ane pengin sharing tentang pengalaman ane pulang ke kampung
halaman. alhamdulillah Pada tanggal 20 Juni kemaren ane berkesempatan pulang
kampung, karena susahnya dapet tiket kereta (karena udh kehabisan juga)
akhirnya ane pulang naik bus, lumayanlah menjajal armada baru Efisiensi
"Jogja-Cilacap" dengan Royal Classnya.
Rabu pagi tgl 20 Juni pukul 09.45 ane dianter saudara ke kantor efisiensi
di ambarketawang, ane emang lebih suka naik dari ambarketawang daripada lewat
Terminal Giwangan. salah satu alasannya ruang tunggunya setidaknya lebih nyaman
dibanding di terminal. Efisiensi memang terkenal dengan kenyamanannya bahkan 2
tahun berturut perusahan ini mendapat penghargaan dari Dishub sebagai
perusahaan otobus dengan layanan terbaik. beberapa hal yang ane sendiri sukai
dari armada ini diantaranya nyaman, musiknya gak jadul, dan yang paling ane
demen ada program Just for Laugh dari ETV (Efisiensi TV) yang bakal membuat
perjalanan tidak membosankan..
Masuk ruang pembelian tiket ane langsung disambut oleh satpam yang dengan ikhlasnya membukakan pintu kaca sambil tersenyum "tidak manis", tap tak mengapa karena setelah itu disambut oleh dua wanita petugas tiketing yang dengan senyum manisnya (astaghfirullah..)setelah mempersilahkan duduk kemudian menanyakan tujuan perjalanan, jumlah tiket yang dipesan dan nama saya. ada yang aneh ketika ane bilang nama saya "syamsul" dua mba cantik itu (ehm..) langsung tertawa. ane heran dan karena penasaran ane tanya ke mbak nya "kenapa sih mba?|oh gak apa2" jawab mbaknya. setelah itu mbaknya ngasih 3 tiket atas nama Pak.Syamsul (dalam hati, haduh masih muda gini koq dipanggil pak) sambil ngambil tiketnya ane tanya ke mbak nya "Ini tiket saya kan mba?" "oh bukan itu tiket bapaknya" jawab mbaknya. ternyata disamping ane ada bapak2 dengan 2 anak yang berpakaian "Arab" ("Salafy"). mbaknya bilang "namanya sama mas".. setelah itu ane baru dikasih tiket dengan nama "Mas Syamsul"..
Masuk ruang pembelian tiket ane langsung disambut oleh satpam yang dengan ikhlasnya membukakan pintu kaca sambil tersenyum "tidak manis", tap tak mengapa karena setelah itu disambut oleh dua wanita petugas tiketing yang dengan senyum manisnya (astaghfirullah..)setelah mempersilahkan duduk kemudian menanyakan tujuan perjalanan, jumlah tiket yang dipesan dan nama saya. ada yang aneh ketika ane bilang nama saya "syamsul" dua mba cantik itu (ehm..) langsung tertawa. ane heran dan karena penasaran ane tanya ke mbak nya "kenapa sih mba?|oh gak apa2" jawab mbaknya. setelah itu mbaknya ngasih 3 tiket atas nama Pak.Syamsul (dalam hati, haduh masih muda gini koq dipanggil pak) sambil ngambil tiketnya ane tanya ke mbak nya "Ini tiket saya kan mba?" "oh bukan itu tiket bapaknya" jawab mbaknya. ternyata disamping ane ada bapak2 dengan 2 anak yang berpakaian "Arab" ("Salafy"). mbaknya bilang "namanya sama mas".. setelah itu ane baru dikasih tiket dengan nama "Mas Syamsul"..
Salah satu Sudut Ruang Tunggu Efisiensi |
Akhirnya setelah menunggu beberapa menit, pukul 09.20 Bus yang ditunggu
datang, beberapa penumpang yang sudah dari tadi menunggu segera naik ke dalam
bus. kali ini saya mendapat nomor kursi 16, tepat di depan orang-orang salafy
itu..
Awal perjalanan berjalan sebagai mana biasanya, pramugara memeriksa tiket,
membagikan minum dan snack serta menyalakan ETV.. Suasana mulai terasa kurang
kondusif ketika anak2 "salafy" itu yang masih berumur 6-8 tahun saling bermain
dengan sedikit gaduh, menirukan nyanyian dan iringan musik yang diputar di ETV
(haduh mengganggu kenyamanan nih, batinku). Menyadari anak-anaknya berisik
bapak "salafy" itu lalu menyuruh anaknya diam atau lebih baik menghafal al-qur'an
saja, saat itu bapak "salafy" menyuruh anaknya menghafal surat An-Naba.. si
anak "salafy" itupun tanpa protes langsung menghafal surat an-naba, subhanallah
anak sekecil itu sudah hafal An-Naba.. tp sayang bacaannya kurang merdu , si
anak salaf bacanya keras banget lagi.. setelah si anak "salafy" selesai menghafal surat an-Naba bapak "salafy" itupun
menasehati anak-anaknya agar membaca Al-Qur'an dengan suara tartil, tidak boleh
terburu-buru, dan harus jelas makhrojnya.. tapi entah karena apa si bapak
"salafy" itupun menasehatinya gak bisa dengan suara pelan, masih pake suara yang
keras.. ampe-ampe semua penumpang bus sepertinya denger nasihat bapak "salafy"..
ya mungkin bapak "salafy" itu emang ingin menasehati semuanya.. ibarat sekali
mendayung 2-3 pulau terlampaui, sekalian menasehati anaknya juga sekalian
menasehati sekelilingnya.. setelah menghafal surat an-naba anak2 "salafy" itupun sedikit lebih tenang dari
sebelumnya, penumpang efisiensi pun sekarang dapat sedikit nyaman
beristirahat.. iringan musik dari ETVpun kini terdengar lebih jelas..,
Tp entah karena menganggap musik itu haram, atau karena ingin berdakwah,
atau karena apa ane gak tahu, (yg pasti ane berusaha tetap khusnudzon niat
bapak "salafy" itu baik) bapak "salafy" itu akhirnya memutar MP3 Pengajian "salafy"
dengan Volume yang lebih keras dari Volume musik di bus efisiensi.. haduh ane
mulai tidak nyaman ini.., tahu sendirilah gaya bahasa yang dipakai kawan-kawan
"salafy" dalam berdakwah langsung to the point, dzing dzing.. ya mungkin hal
inilah yang membuat dakwah yang dilakukan kawan-kawan "salafy" kurang mendapat
simpaty dari masyarakat. sekedar cerita di masjid fakultas ane kebetulan
takmirnya orang "salafy", otomatis tiap hari jum'at yang khutbah adalah temennya
beliau sesama "salafy" juga, dalam perkembangannya saya perhatikan temen-temen
mahasiswa fakultas ane lebih memilih jum'atan di tempat lain dari pada di
masjid fakultas. saat ane tanya "kenapa sih kamu koq gak jum'atan di
masjid fakultas aja kan lebih deket?" dianya jawab " aku gak suka ama
khatibnya, ngapain juga khotbah pake teriak-teriak, orang ngaji kan pengin
dapet pencerahan, pengin dapet kedamaian, bukan malah di olok-olok". ya
itulah sekilas tentang pandangan orang tentang metode dakwah kawan-kawan
"salafy", tak bisa dipungkiri memang begitu adanya. begitu juga yang terjadi
dalam bus efisiensi. yang membuat ane jadi ikutan sebel itu dalam materi
pengajian yang diputer dalam MP3 itu cenderung memuja-muja kelompok mereka
sendiri sambil menyindir beberapa golongan. setidaknya ada 3 kelompok yang
secara spesifik mereka sebutkan. sang ustadz membanding bandingkan kelompok tersebut dengan kelompok
mereka dengan gaya menyindir sambil sesekali terdengar hadirin yang
metertawakannya. Astaghfirullah hampir-hampir ane tidak dapat menahan
kesabaran. ini orang mau dakwah atau mau unjuk keshalehan atau mau ngajak
berkelahi. Bukankah Islam mengajarkan untuk berdakwah dengan hikmah dan nasihat
yang baik, jika terpaksa berdebatpun harus dengan argumentasi yang
sebaik-baiknya (QS An-Nahl: 125), menjauhi kesan mengolok-olok (QS Alhujarat:11)
serta islam tidak menggunakan cara-cara kekerasan, karena dengan kekerasan
mungkin justru akan membuat orang tidak simpati dan lari dengan islam (QS Ali
Imran: 159). tadinya ane pengin kasih headset agar bapak "salafy" itu dapat
mendengarkannya sendiri tanpa menggangu orang lain dengan isi materi yang
sangat mengagungkan kelompok mereka sendiri. tapi sayang headset saya
ketinggalan. yang lebih parah lagi itu MP3 listnya kayaknya cuma satu, jadi
materi pengajian itu diputer berkali-kali sepanjang perbatasan kulonprogo
hingga rest area efisiensi di kebumen.. ya Robb..
Alhadulillah setelah rest area wonosari itu bapak "salafy" tidak lagi memutar
MP3nya.. setidaknya ane dapat beristirahat sejenak sebelum sampe cilacap dan
melanjutkan perjuangan pulang dari cilacap ke Sidareja dengan berbagai
tantangan yang ada.
di dalam perjalanan bapak salafy itu di telefon sama temennya, temennya
nyruh bapak "salafy" itu agar nanti turun di pertigaan Sampang, Cilacap. bapak
"salafy" itupun terus bilang ke pramugara agar diturunkan di pertigaan sampang,
sampai di perempatan buntu bapak "salafy" kembali maju kedepan menanyakan apakah
sampang masih jauh atau tidak. bapak "salafy" itupun kembali kebelakang sambil
memberitahu anaknya bahwa 5 Km lagi sampai. sampai di lampu merah pertigaan
sampang bapak "salafy" kembali kedepan mengatakan bahwa ingin turun di sampang.
karena tidak mungkin menurunkan pas di lampu merah pak sopir mengatakan"iya
nanti di depan" eh ternyata yang dikira bapak "salafy" sampang masih di
depannya lagi. bapak "salafy" itupun kembali kebelakang. saat pramugara
mengingatkan bagi yang mau turun di sampang bapak "salafy" itupun gak mau turun.
aneh pikirku.. tp karena masih agak sedikit sebal ane diem saja..
Bus efisiensi terus melaju melewati Sampang menju Maos-Cilacap. karena
penasaran sepertinya sudah lebih dari 5 km koq belum sampai-sampai bapak "salafy"
itu kembali maju kedepan mengatakan kembali ke pramugara kalau ingin turun di
sampang. karena sampang udah kelewatan si sopir dan pramugara berfikir yang
dimaksud bapaknya adalah maos. maka si pramugara kembali menjawab "iya
nanti di depan". untuk sekarang ane mulai kasihan ama bapak "salafy" dan
anaknya. lalu ane tanya ke bapaknya "Bapak mau turun dimana?||Sampang||
kalau sampang udah kelewatan jauh pak, sampang itu tadi pertigaan yang ada
lampu merahnya, kalau ini bentar lagi sampai pertigaan maos" yang membuat
ane sebel bapak "salafy" itu sepertinya tidak mempercayai ane. bapak "salafy"
kembali menuju kedepan dan langsung menanyakan ke pramugara "Sampang masih
jauh pak?| kalau sampang udah kelewat dari tadi, bapak mau turun mana?|| di
sampang|| lho td pas di sampang saya ingatkan siapa yang mau turun bapaknya gak
turun, saya kira bapak mau turun di maos||. bapak itu kembali lagi kebelakang
dan mengajak anak-anaknya untuk turun, dan saat itu bapak "salafy" meminta sopir
untuk menurunkannya di tengah jalan "udah saya turun disini saja pak"..
NB: Postingan ini tidak bermaksud menggeneralisir orang "salafy" semuanya begitu, ada juga orang salafy yang sangat toleran.. oleh karena itu saya selalu memakai "tanda petik". semoga dapat diambil hikmahnya.. mohon ma;af jika ada temen2 yang tersinggung.. yang pasti sesama muslim adalah saudara..
NB: Postingan ini tidak bermaksud menggeneralisir orang "salafy" semuanya begitu, ada juga orang salafy yang sangat toleran.. oleh karena itu saya selalu memakai "tanda petik". semoga dapat diambil hikmahnya.. mohon ma;af jika ada temen2 yang tersinggung.. yang pasti sesama muslim adalah saudara..
hehe, kalo masalah khotbah jumat memang sunnahnya dengan suara lantang, seperti Rasulullah yg matanya memerah, suaranya keras, seakan beliau sedang menjadi panglima perang.
BalasHapus