Jumat, 27 Juli 2012

Mencoba Mewarisi Darah Bapak

Assalamu'alaikum.. kali ini saya mau bercerita tentang keluarga saya, terutama bapak saya, beliau adalah salah sosok yang paling saya kagumi. singkat cerita dulu saya ingin bisa seperti beliau namun ternyata cukup sulit bagiku mewarisi bakat-bakatnya.. bakat yang membuat beliau diperebutkan banyak wanita dan orang tua untuk dijadikan menantunya.. hihihi
Hal yang pertama yang coba saya warisi adalah bakat beliau dalam seni membaca Al-Qur'an, beliau sering bercerita di masa mudanya sering mengikuti berbagai perlombaan Tilawati Qur’an, di salah satu arsipnya saya juga sempat menemukan piagam saat beliau memenangkan lomba Tilawatil Qur’an, saat saya masih TK beliau masih aktif mengajarkan seni membaca Al-Qur'an untuk beberapa murid-muridnya. favorit beliau adalah H.Muammar ZA, beliau juga mengkoleksi 1-set rekaman bimbingan tilawatil Qur'an dari Juara Qori internasional itu. berangkat dari hal tersebut saat kelas 4 SD saya mulai aktif mengikuti pelatihan Tilawatil Qur'an di sekolah, dan alhamdulillah saya sempat mengkuti lomba tilawatil Qur'an di tingkat kecamatan meskipun pulang tanpa gelar.. hiks hiks hiks
Menyadari tilawatil Qur'an bukanlah bakat saya, saat SMP saya mencoba konsen ke bidang lain.."Bahasa". ya bapak saya memang menekankan anak-anaknya agar mahir bahasa Arab dan bahasa Inggris. untuk bahasa arab bapak mentraining sendiri dengan mengajarkan saya alat-alat berbahasa arab seperti Nahwu dan Sharaf, akan tetapi saya kurang respec dg bahasa tersebut dan saya lebih suka mempelajari bahasa inggris meskipun dilakukan secara mandiri dengan mempelajari buku-buku kursus bahasa inggris dari kakak saya. dan alhmadulillah saat SMP seingat saya nilai bahasa inggris saya tidak pernah kurang dari 9. dan saya sempat mewakili sekolah saya dalam Lomba bahasa inggris saat lomba tingkat Pramuka meskipun kembali pulang tanpa gelar hahaha..
Memasuki SMA, saya mencoba mengikuti ekstrakurikuler Karate. bapak saya pernah bilang bahwa beliau dulu sering diajari seni beladiri "silat" oleh kakenya. tak mau kalah dengan beliau saya pun mendaftar karate. saat saya bilang bahwa ke bapak bahwa saya tidak punya seragam untuk latihan, tanpa ragu beliau langsung memberi uang dan menyuruh saya untuk segera membeli seragam karate. setiap 2 kali seminggu saya mengikuti latihan karate, hingga lulus UKT (Ujian Kenaikan Tingkat) dari sabuk putih ke sabuk kuning. ternyata memasuki tahap sabuk kuning saya mulai dilanda kemalasan. hal ini dikarenakan semakin beratnya latihan fisik yang harus saya lakukan.. saya juga mulai tidak tahan gemblengan mental yang dilakukan pelatih yang konon katanya seorang ketua preman. dengan alasan capek dan bla bla akhirnya saya tinggalkan dunia bela diri ini.. hiks hiks
Hengkang dari dunia beladiri, saya mencoba mengisi kegiatan lain dengan mengikuti ekskul Elektronika, meskipun saya anak IPS awalnya saya cukup PD berada di tengah temen-temen yang mayoritas anak IPA. bapak juga sangat mendukung kegiatan saya yang satu ini mengingat beliau dulunya adalah seorang yang banyak menghabisakan waktu di dunia elektronik. sebelum saya lahir beliau membuka Service elektronik Radio, Tape dan peralatan elektronik yang ada waktu itu. saat teman saya yang juga tetangga saya ternyata lebih cepat menguasai beberapa hal terkait elektronika, bapak menyemangati saya dengan kata-kata yang masih jelas saya ingat "Kamu seharusnya lebih mahir daripada dia, dia itukan gak ada darah (maksudnya mungkin keturunan) elektro. beda dengan kamu yang seharusnya mengalir darah elekro"...  ya selain bapak, kakak saya yang laki-laki juga hobi bermain dengan dunia elektro, sejak SMA kakak saya sudah mampu merakit berbagai komponen elektronika seperti membuat tape, radio, dan beberapa perangkat elektro lainnya. namun saya sendiri sebelum pelatihan ini berakhir saya memutuskan untuk keluar dengan alasan ingin lebih konsen mempersiapkan ujian Nasional, dan gagalah saya menguasi bakat bapak dalam elektronika..
Selain bakat-bakat diatas, waktu muda bapak juga suka bermain music, beliau pernah tergabung dalam group music "orkes dangdut". posisi bapak adalah gitaris. suatu ketika teman kakak pernah main ke rumah sambil membawa gitar, diam-diam bapak mencoba gitarnya dan dengan PDnya beliau bilang "ah gitarnya fals, nyetel-nya gak bener ini" lalu beliau menstel gitarnya hingga suaranya menjadi lebih baik. untuk urusan ini bapak masih sering membanggakan aksi panggungnya dulu, beliau sering bercerita kalau saya gak percaya beliau dulu jago main gitar suruh ditanyakan sama ibu, kata bapak dulu ibu juga suka nonton saat bapak sedang manggung.. haha romantis sekali kalau dengar cerita itu.. iseng-iseng ingin meniru bakat ayah dalam bermain music khusunya gitar sewaktu SMA saya juga sempat belajar gitar secara intensif sama temen satu kelas kurang lebih selama setengah bulan sampai jari-jari ini melempung. tapi dasar gak punya keuletan saya menyerah dengan seribu satu alasan..
Hingga saat ini sepertinya saya belum mewarisi bakat-bakat bapak. kadang saya merasa sebel saat di pesantren ustad yang juga sempat mengajar bapak atau ustad yang pernah seangkatan dengan beliau sering berpesan saat sebelum saya maju membacakan kitab "Bapak kamu dulu itu pintar dan rajin, kamu seharusnya lancar membaca kitab ini" (di pesantren sebelum memulai pelajaran baru kita diminta membacakan kitab gundul (tanpa harakat) dalam bahasa arab kemudian diartikan dalam bahasa Indonesia).
saya juga kadang heran mengapa belum ada satupun bakat bapak yang saya warisi, namun dalam perjalanan saya berfikir bahwa mungkin saya terlahir bukan untuk mewarisi bakat bapak, akan tetapi untuk mewarisi bakat mbah buyut. kenapa mbah buyut? ada yang menarik dengan mbah buyut dimana nama saya juga diambilkan dari beliau. beliau terkenal dengan nama Haji Arif. seorang petualang dan pengembara sejati yang nekat pergi ke Makkah "berjalan kaki" dan kembali lagi ke rumah dengan selamat dalam waktu 7 tahun. dari kisah yang sering bapak ceritakan beliau pergi ke makkah hanya bermodal menjual perkakas rumah tangga yang hanya cukup untuk ongkos naik kereta ke jakarta, setelah itu beliau bekerja sambil mengumpulkan uang untuk perjalanan sampai suatu tempat dan seterusnya sampai ke tiba di makkah dan kembali lagi ke Indonesia. dari hasil petualangan beliau kabarnya saat kembali lagi kerumah beliau menguasi puluhan bahasa baik di Indonesia maupun beberapa bahasa di Dunia. bagi saya beliau adalah geograf, dan mungkin karena itulah Tuhan menakdirkan saya masuk fakultas Geografi :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar