Assalamu'alaikum.. kali ini
saya mau bercerita tentang keluarga saya, terutama bapak saya, beliau adalah
salah sosok yang paling saya kagumi. singkat cerita dulu saya ingin bisa
seperti beliau namun ternyata cukup sulit bagiku mewarisi bakat-bakatnya.. bakat
yang membuat beliau diperebutkan banyak wanita dan orang tua untuk dijadikan
menantunya.. hihihi
Hal yang pertama yang coba
saya warisi adalah bakat beliau dalam seni membaca Al-Qur'an, beliau sering
bercerita di masa mudanya sering mengikuti berbagai perlombaan Tilawati Qur’an,
di salah satu arsipnya saya juga sempat menemukan piagam saat beliau
memenangkan lomba Tilawatil Qur’an, saat saya masih TK beliau masih aktif
mengajarkan seni membaca Al-Qur'an untuk beberapa murid-muridnya. favorit
beliau adalah H.Muammar ZA, beliau juga mengkoleksi 1-set rekaman bimbingan
tilawatil Qur'an dari Juara Qori internasional itu. berangkat dari hal tersebut
saat kelas 4 SD saya mulai aktif mengikuti pelatihan Tilawatil Qur'an di
sekolah, dan alhamdulillah saya sempat mengkuti lomba tilawatil Qur'an di
tingkat kecamatan meskipun pulang tanpa gelar.. hiks hiks hiks
Menyadari tilawatil Qur'an
bukanlah bakat saya, saat SMP saya mencoba konsen ke bidang
lain.."Bahasa". ya bapak saya memang menekankan anak-anaknya agar mahir
bahasa Arab dan bahasa Inggris. untuk bahasa arab bapak mentraining sendiri
dengan mengajarkan saya alat-alat berbahasa arab seperti Nahwu dan Sharaf, akan
tetapi saya kurang respec dg bahasa tersebut dan saya lebih suka mempelajari
bahasa inggris meskipun dilakukan secara mandiri dengan mempelajari buku-buku
kursus bahasa inggris dari kakak saya. dan alhmadulillah saat SMP seingat saya
nilai bahasa inggris saya tidak pernah kurang dari 9. dan saya sempat mewakili
sekolah saya dalam Lomba bahasa inggris saat lomba tingkat Pramuka meskipun
kembali pulang tanpa gelar hahaha..
Memasuki SMA, saya mencoba
mengikuti ekstrakurikuler Karate. bapak saya pernah bilang bahwa beliau dulu
sering diajari seni beladiri "silat" oleh kakenya. tak mau kalah
dengan beliau saya pun mendaftar karate. saat saya bilang bahwa ke bapak bahwa
saya tidak punya seragam untuk latihan, tanpa ragu beliau langsung memberi uang
dan menyuruh saya untuk segera membeli seragam karate. setiap 2 kali seminggu
saya mengikuti latihan karate, hingga lulus UKT (Ujian Kenaikan Tingkat) dari
sabuk putih ke sabuk kuning. ternyata memasuki tahap sabuk kuning saya mulai
dilanda kemalasan. hal ini dikarenakan semakin beratnya latihan fisik yang
harus saya lakukan.. saya juga mulai tidak tahan gemblengan mental yang
dilakukan pelatih yang konon katanya seorang ketua preman. dengan alasan capek
dan bla bla akhirnya saya tinggalkan dunia bela diri ini.. hiks hiks
Hengkang dari dunia beladiri,
saya mencoba mengisi kegiatan lain dengan mengikuti ekskul Elektronika,
meskipun saya anak IPS awalnya saya cukup PD berada di tengah temen-temen yang
mayoritas anak IPA. bapak juga sangat mendukung kegiatan saya yang satu ini
mengingat beliau dulunya adalah seorang yang banyak menghabisakan waktu di
dunia elektronik. sebelum saya lahir beliau membuka Service elektronik Radio,
Tape dan peralatan elektronik yang ada waktu itu. saat teman saya yang juga
tetangga saya ternyata lebih cepat menguasai beberapa hal terkait elektronika,
bapak menyemangati saya dengan kata-kata yang masih jelas saya ingat "Kamu
seharusnya lebih mahir daripada dia, dia itukan gak ada darah (maksudnya
mungkin keturunan) elektro. beda dengan kamu yang seharusnya mengalir darah
elekro"... ya selain bapak, kakak
saya yang laki-laki juga hobi bermain dengan dunia elektro, sejak SMA kakak
saya sudah mampu merakit berbagai komponen elektronika seperti membuat tape,
radio, dan beberapa perangkat elektro lainnya. namun saya sendiri sebelum
pelatihan ini berakhir saya memutuskan untuk keluar dengan alasan ingin lebih
konsen mempersiapkan ujian Nasional, dan gagalah saya menguasi bakat bapak
dalam elektronika..
Selain bakat-bakat diatas, waktu muda bapak juga suka bermain music, beliau pernah tergabung dalam group music "orkes dangdut". posisi bapak adalah gitaris. suatu ketika teman kakak pernah main ke rumah sambil membawa gitar, diam-diam bapak mencoba gitarnya dan dengan PDnya beliau bilang "ah gitarnya fals, nyetel-nya gak bener ini" lalu beliau menstel gitarnya hingga suaranya menjadi lebih baik. untuk urusan ini bapak masih sering membanggakan aksi panggungnya dulu, beliau sering bercerita kalau saya gak percaya beliau dulu jago main gitar suruh ditanyakan sama ibu, kata bapak dulu ibu juga suka nonton saat bapak sedang manggung.. haha romantis sekali kalau dengar cerita itu.. iseng-iseng ingin meniru bakat ayah dalam bermain music khusunya gitar sewaktu SMA saya juga sempat belajar gitar secara intensif sama temen satu kelas kurang lebih selama setengah bulan sampai jari-jari ini melempung. tapi dasar gak punya keuletan saya menyerah dengan seribu satu alasan..
Selain bakat-bakat diatas, waktu muda bapak juga suka bermain music, beliau pernah tergabung dalam group music "orkes dangdut". posisi bapak adalah gitaris. suatu ketika teman kakak pernah main ke rumah sambil membawa gitar, diam-diam bapak mencoba gitarnya dan dengan PDnya beliau bilang "ah gitarnya fals, nyetel-nya gak bener ini" lalu beliau menstel gitarnya hingga suaranya menjadi lebih baik. untuk urusan ini bapak masih sering membanggakan aksi panggungnya dulu, beliau sering bercerita kalau saya gak percaya beliau dulu jago main gitar suruh ditanyakan sama ibu, kata bapak dulu ibu juga suka nonton saat bapak sedang manggung.. haha romantis sekali kalau dengar cerita itu.. iseng-iseng ingin meniru bakat ayah dalam bermain music khusunya gitar sewaktu SMA saya juga sempat belajar gitar secara intensif sama temen satu kelas kurang lebih selama setengah bulan sampai jari-jari ini melempung. tapi dasar gak punya keuletan saya menyerah dengan seribu satu alasan..
Hingga saat ini sepertinya
saya belum mewarisi bakat-bakat bapak. kadang saya merasa sebel saat di
pesantren ustad yang juga sempat mengajar bapak atau ustad yang pernah
seangkatan dengan beliau sering berpesan saat sebelum saya maju membacakan
kitab "Bapak kamu dulu itu pintar dan rajin, kamu seharusnya lancar
membaca kitab ini" (di pesantren sebelum memulai pelajaran baru kita
diminta membacakan kitab gundul (tanpa harakat) dalam bahasa arab kemudian diartikan
dalam bahasa Indonesia).
saya juga kadang heran mengapa
belum ada satupun bakat bapak yang saya warisi, namun dalam perjalanan saya
berfikir bahwa mungkin saya terlahir bukan untuk mewarisi bakat bapak, akan
tetapi untuk mewarisi bakat mbah buyut. kenapa mbah buyut? ada yang menarik
dengan mbah buyut dimana nama saya juga diambilkan dari beliau. beliau terkenal
dengan nama Haji Arif. seorang petualang dan pengembara sejati yang nekat pergi
ke Makkah "berjalan kaki" dan kembali lagi ke rumah dengan selamat
dalam waktu 7 tahun. dari kisah yang sering bapak ceritakan beliau pergi ke
makkah hanya bermodal menjual perkakas rumah tangga yang hanya cukup untuk
ongkos naik kereta ke jakarta, setelah itu beliau bekerja sambil mengumpulkan
uang untuk perjalanan sampai suatu tempat dan seterusnya sampai ke tiba di
makkah dan kembali lagi ke Indonesia. dari hasil petualangan beliau kabarnya
saat kembali lagi kerumah beliau menguasi puluhan bahasa baik di Indonesia
maupun beberapa bahasa di Dunia. bagi saya beliau adalah geograf, dan mungkin
karena itulah Tuhan menakdirkan saya masuk fakultas Geografi :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar