_Mumpung besok kagak ada UAS.., belajar nulis dulu ah.._
Kemaren
malem (sabtu 14 jan 2012), selepas Isya, bersama rintik hujan yang tak
kunjung reda, kulangkahkan kaki mendatangi kegiatan rutin mingguan yang
entah sudah beberapa kali saya tinggalkan, sekedar sharing-sharing dan
diskusi keislaman di Masjid Mardliyah UGM, jadwal aslinya sebenernya
tiap malam Rabu, cuma krn aktivitas UAS jadi terpaksa dipindah ke malam
minggu..
Janjiannya sih sekalian shalat isya berjamaah di Masjid
Mardliyah, cuma biasalah.., mahasiswa UGM juga warga Negara Indonesia
pasti ada aja yang telat (termasuk saya yg juga sering telat hi hi hi)..
shg bisa dipastikan agendanya pun akhirnya agak ngaret, karena biasnya
baru beberapa kawan saja yg sudah hadir..
malem ini pun saya
memilih utk shalat isya di sendowo, setelah itu baru berangkat ke
mardliyah, saya yakin sampe mardliyah pun biasanya hny beberapa org saja
yg udah ngumpul (keyakinan yg salah n gak boleh dipelihara), akhirnya
krn perut yang semakin laper saya berniat mampir dulu ke angkringan yang
biasanya bnyk tersedia di dpn masjid marliyah.. ya sekedar ngopi atau
makan nasi kucing dan beberapa gorengan.. eh entah krn malam minggu atau
krn gerimis, koq tumben gak ada angkringan yang buka.. krn perut
semakin laper ya sudahlah terpaksa akhirnya mampir ke warung soto dan
gudeg, tepat di utara halte trans jogja selter Sardjito..
sambil
makan nasi gudeg telor, saya duduk tepat di belakang penjualnya yang lg
asyik ngobrol-ngobrol dengan sesama PKL lainnya di depan masjid
mardliyah..
yah ibu-ibu ini sedang galau krn katanya UGM berniat
menertibkan jalan di depan Masjid Mardliyah/RS Sardjito/FKG/FKU UGM dari
aktivitas PKL. Selama ini lokasi tersebut memang menjadi salah satu
titik kemacetan di UGM, di samping semakin meningkatnya aktivitas lalu
lintas juga semakin banyaknya PKL yang berjualan di trortoar dan
diperparah lagi dengan parkir liar yang menggunakan badan jalan..
sayapun sering menyebut jalur ini sebagai jalur neraka, terutama di
siang hari, krn udah panas, macet, banyak polusi.. maka utk menuju
kampus dr sendowo ke geografi dengan jalan kaki, bisanya saya memilih
utk masuk lewat FKU yang lebih adem dan lebih sepi.. meski terkadang
merasa gak enak juga krn saya bukan mahasiwa Kedokteran, belum lagi
pandangannya salah satu satpam kedokteran yang tinggi dan yang agak
gimana gitu ( he he ma'af ya pak) membuat saya semakin tidak merasa
nyaman ketika melewati Jalan di Kompleks Fak Kedokteran..
permasalahan
PKL memang rumit, serumit kehidupan PKL itu sendiri (tp gak juga sih,
bnyk juga PKL yang penghasilannya gede).., di sisi lain mereka adalah
manusia yg butuh makan dan pekerjaan di saat pemerintah belum mampu
menyediakan lapangan pekerjaan, di sisi lain kehadiran mereka cukup
meresahkan, terutama utk masalah lalu lintas, dan kerapihan/keindahan
kota.., namun disisi lain kehadiran mereka juga dibutuhkan utk mengisi
perut-perut yang terkadang perlu penaganan cepat di saat keroncongan
(seperti perut saya he he)
menurut perbincangan ibu-ibu itu,
rencananya sekitar kawasan yang selama ini digunakan mereka utk
menggelar lapak dagangan akan di difungsikan sebagai taman dan kawasan
pedestrian, ya wajar saja selama ini UGM memang lagi gencar-gencarnya
mewujudkan kampus Educopolis.. dari perbincangan mereka, sebenernya UGM
dan RS Sarjito awalnya memberi ruang bagi mereka utk berdagang, asal
mereka menjaga kebersihan, tertib dan tidak berjualan pada jam-jam
sibuk, serta tidak meninggalkan gerobak/meja dagangan di trotoar
(mungkin yg dimaksud agar seperti PKL di jalan kaliurang yg hny
berjualan di malam hari dan mengangkut kembali gerobak mereka di siang
hari)
sebagian pedangang memang mencoba mematuhi peraturan ini,
namun mereka juga sebel sama pedangang lain yang tidak mematuhi
peraturan,yang mereka khawatirkan adalah karena ulah PKL-PKL yang tidak
tertib UGM akan menggusur semua PKL yang ada. mereka juga mengeluhkan
tidak adanya keputusan yang jelas tiap kali rapat dengan UGM dalam
membahas permasalahan PKL, namun intinya tetep sama UGM keberatan
dengan keberadaan mereka dan berniat untuk merelokasi mereka dengan
waktu yang tempat yang belum ditentukan..
ya saya juga memaklumi
kegalauan RS Sarjito dan UGM dalam menata PKL dilingkungannya, entah
harus dengan cara apa pihak RS Sarjito dan UGM menertibkan parkir liar
dan PKL ini, beberapa tahun yang lalu beberapa PKL sudah di relokasi ke
sebelah utara RS Sarjito, namun seakan semboyan pahlawan, mati satu
tumbuh seribu masih saja bermunculan PKL-PKL baru di kawasan ini..
Peringatanpun masih jelas terpampang di sekitar pagar RS Sarjito dan
fak.Kedokteran "Dilarang berjualan/parkir disekitar kawasan ini" yah
namun peringatan hanya sekedar peringatan.. menurut saya yang perlu
dibangun bunkalah ingatannya dg memberikan peringatan (cz saya yakin PKL
disitu gak ada yg hilang ingatan), namun kesadarannya yaitu dengan
membangun penyadaran..
ya penyadaran.., itulah kunci sukses
keberhasilan relokasi PKL di Solo, penyadaran PKL memang sulit dan
memakan waktu yang tidak sedikit, proyek penyadaran inilah yang membuat
Jokowi (Walikota Solo) harus mengundang para PKL (989) utk makan malam
sampai 53 kali dalam 7 bulan, dan sampai makan malam ke 54 mereka baru
sadar dan ikhlas utk di relokasi, tanpa protes, tanpa nesu.. dengan
bangganya mereka dikirab keliling kota dengan pengawalan prajurit
keraton.
Sambil asyik makan gudeg, saya jadi ingin bertanya, Jika
Alumninya saja (Jokowi) yang hanya tamat S1 di Fakultas Kehutanan UGM
bisa merelokasi seribuan lebih PKL, namun mengapa malah UGM sendiri
belum mampu menangani permasalahan PKL di lingkungannya..? padahal kalo
dilihat secara kultur masyarakat Jogja dan Solo tidak jauh beda,
begitupun dengan PKL nya..
Hmm..,UGM perlu kiranya kembali
mempertegas jatidirinya sebagai kampus kerakyatan, kampus yang mengayomi
dan melindungi masyarakat yang berada di sekitarnya tanpa membedakan
status dan golongan.. kampus besar yang didalamnya terdapat Klaster
Fakultas Sosio-Humaniora mungkin perlu merenungi kembali konsep Nguwongke-uwong
(Memanusiakan manusia) yang nyatanya telah berhasil di praktekan oleh
salah satu alumniya "Joko Widodo". dan tak kalah penting PKL nya pun
harus cepet-cepet sadar.., mematuhi mana tempat-tempat yang kiranya
tidak boleh untuk berjualan dengan berbagai fungsi yang ada..
Dan
Kiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan (Kayak pidato aja), apabila
ada salah salah penulisan, dan dalam penyampaian gagasan, saya mohon
ma'af yang sebesar-besarnya
_Jayalah UGM.. Jayalah Masyarakat Indonesia_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar