Senin, 16 Januari 2012

PKL (Pedagang Kaki Lima, Pedagang Kon Lunga)

_Mumpung besok kagak ada UAS.., belajar nulis dulu ah.._


Kemaren malem (sabtu 14 jan 2012), selepas Isya, bersama rintik hujan yang tak kunjung reda, kulangkahkan kaki mendatangi kegiatan rutin mingguan yang entah sudah beberapa kali saya tinggalkan, sekedar sharing-sharing dan diskusi keislaman di Masjid Mardliyah UGM, jadwal aslinya sebenernya tiap malam Rabu, cuma krn aktivitas UAS jadi terpaksa dipindah ke malam minggu..

Janjiannya sih sekalian shalat isya berjamaah di Masjid Mardliyah, cuma biasalah.., mahasiswa UGM juga warga Negara Indonesia pasti ada aja yang telat (termasuk saya yg juga sering telat hi hi hi).. shg bisa dipastikan agendanya pun akhirnya agak ngaret, karena biasnya baru beberapa kawan saja yg sudah hadir..
malem ini pun saya memilih utk shalat isya di sendowo, setelah itu baru berangkat ke mardliyah, saya yakin sampe mardliyah pun biasanya hny beberapa org saja yg udah ngumpul (keyakinan yg salah n gak boleh dipelihara), akhirnya krn perut yang semakin laper saya berniat mampir dulu ke angkringan yang biasanya bnyk tersedia di dpn masjid marliyah.. ya sekedar ngopi atau makan nasi kucing dan beberapa gorengan.. eh entah krn malam minggu atau krn gerimis, koq tumben gak ada angkringan yang buka.. krn perut semakin laper ya sudahlah terpaksa akhirnya mampir ke warung soto dan gudeg, tepat di utara halte trans jogja selter Sardjito..
sambil makan nasi gudeg telor, saya duduk tepat di belakang penjualnya yang lg asyik ngobrol-ngobrol dengan sesama PKL lainnya di depan masjid mardliyah..
yah ibu-ibu ini sedang galau krn katanya UGM berniat menertibkan jalan di depan Masjid Mardliyah/RS Sardjito/FKG/FKU UGM dari aktivitas PKL. Selama ini lokasi tersebut memang menjadi salah satu titik kemacetan di UGM, di samping semakin meningkatnya aktivitas lalu lintas juga semakin banyaknya PKL yang berjualan di trortoar dan diperparah lagi dengan parkir liar yang menggunakan badan jalan.. sayapun sering menyebut jalur ini sebagai jalur neraka, terutama di siang hari, krn udah panas, macet, banyak polusi..  maka utk menuju kampus dr sendowo ke geografi dengan jalan kaki, bisanya saya memilih utk masuk lewat FKU yang lebih adem dan lebih sepi.. meski terkadang merasa gak enak juga krn saya bukan mahasiwa Kedokteran, belum lagi pandangannya salah satu satpam kedokteran yang tinggi dan yang agak gimana gitu ( he he ma'af ya pak) membuat saya semakin tidak merasa nyaman ketika melewati Jalan di Kompleks Fak Kedokteran..
permasalahan PKL memang rumit, serumit kehidupan PKL itu sendiri (tp gak juga sih, bnyk juga PKL yang penghasilannya gede).., di sisi lain mereka adalah manusia yg butuh makan dan pekerjaan di saat pemerintah belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan, di sisi lain kehadiran mereka cukup meresahkan, terutama utk masalah lalu lintas, dan kerapihan/keindahan kota.., namun disisi lain kehadiran mereka juga dibutuhkan utk mengisi perut-perut yang terkadang perlu penaganan cepat di saat keroncongan (seperti perut saya he he)
menurut perbincangan ibu-ibu itu, rencananya sekitar kawasan yang selama ini digunakan mereka utk menggelar lapak dagangan akan di difungsikan sebagai taman dan kawasan pedestrian, ya wajar saja selama ini UGM memang lagi gencar-gencarnya mewujudkan kampus Educopolis.. dari perbincangan mereka, sebenernya UGM dan RS Sarjito awalnya memberi ruang bagi mereka utk berdagang, asal mereka menjaga kebersihan, tertib dan tidak berjualan pada jam-jam sibuk, serta tidak meninggalkan gerobak/meja dagangan di trotoar (mungkin yg dimaksud agar seperti PKL di jalan kaliurang yg hny berjualan di malam hari dan mengangkut kembali gerobak mereka di siang hari)
sebagian pedangang memang mencoba mematuhi peraturan ini, namun mereka juga sebel sama pedangang lain yang tidak mematuhi peraturan,yang mereka khawatirkan adalah karena ulah PKL-PKL yang tidak tertib UGM akan menggusur semua PKL yang ada. mereka juga mengeluhkan tidak adanya keputusan yang jelas tiap kali rapat dengan UGM dalam membahas permasalahan PKL, namun intinya tetep sama UGM keberatan dengan keberadaan mereka dan berniat untuk merelokasi mereka dengan waktu yang tempat yang belum ditentukan..
ya saya juga memaklumi kegalauan RS Sarjito dan UGM dalam menata PKL dilingkungannya, entah harus dengan cara apa pihak RS Sarjito dan UGM menertibkan parkir liar dan PKL ini, beberapa tahun yang lalu beberapa PKL sudah di relokasi ke sebelah utara RS Sarjito, namun seakan semboyan pahlawan, mati satu tumbuh seribu masih saja bermunculan PKL-PKL baru di kawasan ini.. Peringatanpun masih jelas terpampang di sekitar pagar RS Sarjito dan fak.Kedokteran "Dilarang berjualan/parkir disekitar kawasan ini" yah namun peringatan hanya sekedar peringatan.. menurut saya yang perlu dibangun bunkalah ingatannya dg memberikan peringatan (cz saya yakin PKL disitu gak ada yg hilang ingatan), namun kesadarannya yaitu dengan membangun penyadaran..
ya penyadaran.., itulah kunci sukses keberhasilan relokasi PKL di Solo, penyadaran PKL memang sulit dan memakan waktu yang tidak sedikit, proyek penyadaran inilah yang membuat Jokowi (Walikota Solo) harus mengundang para PKL (989) utk makan malam sampai 53 kali dalam 7 bulan, dan sampai makan malam ke 54 mereka baru sadar dan ikhlas utk di relokasi, tanpa protes, tanpa nesu.. dengan bangganya mereka dikirab keliling kota dengan pengawalan prajurit keraton.
Sambil asyik makan gudeg, saya jadi ingin bertanya, Jika Alumninya saja (Jokowi)  yang hanya tamat S1 di Fakultas Kehutanan UGM bisa merelokasi seribuan lebih PKL, namun mengapa malah UGM sendiri belum mampu menangani permasalahan PKL di lingkungannya..? padahal kalo dilihat secara kultur masyarakat Jogja dan Solo tidak jauh beda, begitupun dengan PKL nya..
Hmm..,UGM perlu kiranya kembali mempertegas jatidirinya sebagai kampus kerakyatan, kampus yang mengayomi dan melindungi masyarakat yang berada di sekitarnya tanpa membedakan status dan golongan.. kampus besar yang didalamnya terdapat Klaster Fakultas Sosio-Humaniora mungkin perlu merenungi kembali konsep Nguwongke-uwong (Memanusiakan manusia) yang nyatanya telah berhasil di praktekan oleh salah satu alumniya "Joko Widodo". dan tak kalah penting PKL nya pun harus cepet-cepet sadar.., mematuhi mana tempat-tempat yang kiranya tidak boleh untuk berjualan dengan berbagai fungsi yang ada..
Dan Kiranya hanya itu yang dapat saya sampaikan (Kayak pidato aja), apabila ada salah salah penulisan, dan dalam penyampaian gagasan, saya mohon ma'af yang sebesar-besarnya
_Jayalah UGM.. Jayalah Masyarakat Indonesia_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar